Banyak pertanyaan bermunculan di seputar pelayanan : Mengapa pelayanan dihubungkan dengan psikologi? Apa kaitan antara keduanya? Masalah pelayanan berhubungan dengan kegiatan manusia.
Selain itu, pelayanan juga berkaitan dengan tingkah laku manusia secara langsung maupun tidak. Pada dasarnya menghadapim anusia lain adalah mudah, jika kita mengetahui caranya Manusia ingin selalu diperhatikan, dihargai, dimanusiakan, dihormati, dibuat bangga, dan dibuat senang. Kealpaan kita mengenai hal-hal tersebut membuat orang lain tidak memperoleh seperti yang ia harapkan.
PSIKOLOGI SECARA UMUM
Psikologi perlu dipelajari dalam industri jasa pelayanan karena padasarnya manusia adalah mahluk sosial, artinya manusia membutuhkan orang lain dalam hidup ini, dan demikian kita perlu memahami orang lain.
Pemahaman akan orang lain akan memudahkan kita dalam pelayanan kepada orang tersebut. Pemahaman akan orang lain menjadikan kita yang bekerja dalam industri jasa pelayanan dapat mencoba atau berusaha bertindak sebijaksana mungkin terhadap orang yang kita layani ataupun diri sendiri.
Peradaban manusia menjadi lebih maju setelah filsafat mengalami perkembangan Filsafat telah memberikan andil untuk membantu manusia lebih mengerti hakikat dan manfaat dari diri, lingkungan serta hidup yang dialaminya.
Alam dan kehidupan semakin terbuka di hadapan manusia setelah filsafat menelurkan berbagai cabang pengetahuan dan ilmu pengetahuan Kehidupan manusia yang lebih modern dicapai setelah berbagai cabang ilmu pengetahuan lebih mendalam serta diamalkan secara cerdas.
Dasar timbulnya ilmu psikologi adalah ilmu filsafat. Pada mulanya melahirkan ilmu eksakta, ilmu sosial, humaniora, dan ilmu tingkah laku. Dari ilmu eksakta lahirlah ilmu alam, kimia, dan matematika (aljabar, ilmu ukur, dll.), statistik, teknik, dan biologi; dari ilmu sosial lahir antara lain ilmu ekonomi, hukum, politik, antropologi, sosiologi, dan pemerintahan; dan dari humaniora lahir ilmu budaya, kesenian. Kemudian dari ilmu tingkah laku muncullah ilmu perilaku fisik yang anorganik seperti logika, etika, dan psikologi.
Istilah psikologi merupakan suatu alih kata dari bahasa Inggris: psychology dank ini berasal dari bahasa Yunani: psycho yang berarti "jiwa" dan logos yang berarti "pengetahuan atau ilmu." Jadi, secara etimologis, psikologi dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang jiwa, atau ilmu jiwa.
Persepsi manusia akan berbeda satu sama lain jika membicarakan masalah jiwa. Ada orang yang mengartikan bahwa jiwa adalah nyawa, ada pula yang mengartikannya sebagai arwah, sukma, batin, bahkan akal budi. Terlepas dari pengertian mana yang paling tepat, yang paling utama adalah jiwa dapat diartikan menurut sudut pandang individual Untuk sekadar membedakan berbagai pengertian yang disebutkan di atas, Wasty Soemanto (1988: 14) mengemukakan beberapa batasan ilustratif bahwa jiwa bukanlah nyawa, arwah, sukma, atau akal budi, karena: harga.
• Nyawa merupakan zat hidup yang bersemayam dalam jasad atau benda hidup,dalam arti benda itu mengalami proses pertumbuhan. Jika jasad atau benda tersebut mati atau tidak mengalami proses pertumbuhan, nyawa tidak lagi bersemayam didalamnya. Arwah merupakan zat hidup yang berasal dari jasad orang yang meninggal atau jasad yang tidak mengalami proses pertumbuhan.
• Sukma merupakan zat hidup asli yang mendampingi kehidupan pribadi. Jadi jika nyawa ibarat titipan yang tergantung pada kehidupan jasad, sukma ibarat pemberian Sang Pencipta yang tidak tergantung pada kehidupan jasad dan berfungsi membela kepentingan hidup individu.
• Batin merupakan suasana jiwa yang secara dinamis mewarnai kehidupan pribadi atau individu. Dinamis, karena suasana itu selalu berubah, selalu dipengaruhi oleh kehendak pribadi dan lingkungannya.
• Akal budi merupakan kekuatan kejiwaan serta amalan menuju kebijaksanaan dan kebenaran, walaupun terkadang terlena dan menuju ke kesalahan.
Semua istilah di atas, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kurang tepat untuk dipakai dalam menjelaskan pengertian tentang jiwa. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah jiwa itu sebenarnya? Jiwa adalah kekuatan dalam diri yang menjadi penggerak jasad dan tingkah laku manusia. Jiwa menumbuhkan sikap dan sifat yang mendorong tingkah laku.
Berfungsinya jiwa dapat diamati dari tingkah laku yang tampak karena cara kerja jiwa dapat diamati melalui tingkah laku yang nyata, para psikolog menyadari bahwa perilaku individu mencerminkan sikap-sikap dan minat-minat yang dibangkitkan oleh jiwa.
Dengan mempelajari proses-proses kejiwaan yang mewujud dalam tingkah laku tersebut, para psikolog mampu menetapkan dalam batas-batas tertentu bekerjanya diri pribadi serta mengenali hubungan atau risiko yang terjadi antara sebab dan akibat di dalam hubungan-hubungan.
Disini kita lalu dapat membedakan antara pengertian jiwa dan istilah-istilah yang telah disebutkan sebelumnya, nyawa, arwah, sukma, batin dan akal budi tidak dapat diamati, sedangkan jiwa dapat diamati melalui tingkah laku yang tampak.


